BIODATA NARASUMBER
NAMA : M. IQBAL FAHRIYANSYAH
TTL : SERANG, 16 MARET 1997
ASAL DAERAH : BIMA ( NUSA TENGGARA BARAT )
ALAMAT : KOMP. PURNA BAKTI NO.05 SERANG BANTEN
AGAMA : ISLAM
UMUR : 18 TAHUN
KEBUDAYAAN SUKU BIMA (NUSA TENGGARA BARAT)
·
BUDAYA KOTA BIMA
Di Nusa Tenggara Barat tepatnya di
kota bima banyak beragam norma – norma, prinsip, upacara adat, ritual, pakaian
adat dan berbagai macam makanan yang merupakan ciri khas Kota Bima.
Suku bima masih kental akan budaya
tradisional, rumah – rumahnyapun masih menggunakan rumah panggung. wanita –
wanita dan laki - laki lanjut usia biasanya mereka suka memakan sirih, selain menyehatkan
dan membuat pencegahan gigi berlubang memakan sirih juga merupakan kebiasaan
wanita – wanita dan laki – laki lanjut usia.
Adapun akan saya jelaskan kebudayaan
kota bima atau suku bima antara lain :
1)
Norma – Norma suku bima
Pernikahan dalam tradisi di kota bima atau suku bima mempunyai aturan
baku. Aturan itu sangat ketat sehingga apabila melakukan kesalahan bisa membuat
rencana pernikahan batal. Apabila, calon mempelai laki – laki berpapasan dengan
calon mertua maka calon mempelai laki – laki dianggap tidak sopan. Untuk itu,
harus dihukum dengan menolaknya menjadi menantu.
Bagi masyarakat bima, tradisi aturan pernikahan merupakan penentuan
hidup pada masa depan putra – putri mereka. Keluarga, sanak saudara, karib
kerabat, dan warga terlibat dalam upacara ini. Karena itu, upacara ini
merupakan “ Rawi Rasa” ( upacara yang harus melibatkan seluruh warga kampung ).
Rangkaian pernikahan adat masyarakat bima cukup panjang yang dimulai
dari proses meminang atau yang dikenal dengan “ La lose ro la ludi” hingga
upacara Tawari atau Pamaco. Rangkaian upacara adat ini mengandung makna yang
mendalam untuk diterapkan dalam kehidupan sehari – hari.
Seluruh rangkaian upacara itu, sesungguhnya sesuai dengan ajaran Agama
Islam dan Norma – Norma yang berlaku di masyarakat.
2)
Prinsip Suku Bima
Karena banyaknya profesi sebagai nelayan dan petani maka suku bima
mempunyai prinsip berladang dan bercocok tanam serta berburu.
3)
Upacara Adat Suku Bima
Kota Bima mempunyai
letak yang strategis menjadikan daerah ini sebagai jalur perdagangan
antar-daerah, bahkan menjadi transportasi perdagangan laut internasional. Mata
pencaharian penduduknya cukup bervariasi seperti petani, pedagang, nelayan atau
pegawai pemerintahan. Di daerah pesisir pantai, Apabila
para nelayan menghasilkan hasil tangkapan ikan yang sangat banyak maka akan
diadakan Pacu Kuda,
4)
Ritual Suku Bima
Di kota bima / suku
bima mempunyai kepercayaan Makakamba –
Makakimbi, kepercayaan ini merupakan kepercayaan asli penduduk
Dou Mbojo ( Orang Bima ). Sebagai media
penghubung manusia dengan alam lain dalam kepercayaan ini, diangkatlah seorang pemimpin
yang dikenal dengan nama Ncuhi Ro Naka. Mereka percaya bahwa ada kekuatan yang
mengatur segala kehidupan di alam ini, yang kemudian mereka sebut sebagai
“Marafu”. Sebagai penguasa alam, Marafu dipercaya menguasai dan menduduki semua
tempat seperti gunung, pohon rindang, batu besar, mata air,
tempat-tempat-tempat dan barang-barang yang dianggap gaib atau bahkan matahari.
Karena itu, mereka sering meminta manfaat terhadap benda-benda atau
tempat-tempat tersebut. Selain itu, mereka juga percaya bahwa arwah para
leluhur yang telah meninggal terutama arwah orang-orang yang mereka hormati
selama hidup seperti Ncuhi, masih memiliki peran dan menguasai kehidupan dan
keseharian mereka. Mereka percaya, arwah-arwah tersebut tinggal bersama Marafu
di tempat-tempat tertentu yang dianggap gaib.
Masyarakat asli juga memiliki tradisi melalui ritual untuk menghormati arwah leluhur, dengan mengadakan upacara pemujaan pada saat-saat tertentu. Upacara tersebut disertai persembahan sesajen dan korban hewan ternak yang dipimpin oleh Ncuhi. Tempat-tempat pemujaan tersebut biasa dikenal dengan nama “Parafu Ra Pamboro”.
Masyarakat asli juga memiliki tradisi melalui ritual untuk menghormati arwah leluhur, dengan mengadakan upacara pemujaan pada saat-saat tertentu. Upacara tersebut disertai persembahan sesajen dan korban hewan ternak yang dipimpin oleh Ncuhi. Tempat-tempat pemujaan tersebut biasa dikenal dengan nama “Parafu Ra Pamboro”.
5)
PAKAIAN ADAT KHAS SUKU BIMA
Pakaian adat
khas suku bima terdiri dari 2 pakaian adat yang pertama pakaian adat khusus
laki – laki, dan yang kedua pakaian adat khusus perempuan, seperti pada gambar
di bawah ini :
Pakaian adat ini hanya ditutupi oleh sarung khas
Bima yang dinamakan “ Tembe “ untuk laki – laki hanya dikenakan di bagian bawah
dan untuk perempuan sarung dililitkan di atas kepala menyerupai jilbab dan
dipakai juga sebagai bawahan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar