Sabtu, 12 Desember 2015

Kebudayaan Suku Bima Nusa Tenggara Barat

BIODATA NARASUMBER


           

NAMA : M. IQBAL FAHRIYANSYAH

TTL : SERANG, 16 MARET 1997 

ASAL DAERAH : BIMA ( NUSA TENGGARA BARAT )

ALAMAT : KOMP. PURNA BAKTI NO.05 SERANG BANTEN

AGAMA : ISLAM

UMUR : 18 TAHUN









KEBUDAYAAN SUKU BIMA (NUSA TENGGARA BARAT)



·       BUDAYA KOTA BIMA

Di Nusa Tenggara Barat tepatnya di kota bima banyak beragam norma – norma, prinsip, upacara adat, ritual, pakaian adat dan berbagai macam makanan yang merupakan ciri khas Kota Bima.
Suku bima masih kental akan budaya tradisional, rumah – rumahnyapun masih menggunakan rumah panggung. wanita – wanita dan laki - laki lanjut usia biasanya mereka suka memakan sirih, selain menyehatkan dan membuat pencegahan gigi berlubang memakan sirih juga merupakan kebiasaan wanita – wanita dan laki – laki lanjut usia.

Adapun akan saya jelaskan kebudayaan kota bima atau suku bima antara lain :

1)    Norma – Norma suku bima

Pernikahan dalam tradisi di kota bima atau suku bima mempunyai aturan baku. Aturan itu sangat ketat sehingga apabila melakukan kesalahan bisa membuat rencana pernikahan batal. Apabila, calon mempelai laki – laki berpapasan dengan calon mertua maka calon mempelai laki – laki dianggap tidak sopan. Untuk itu, harus dihukum dengan menolaknya menjadi menantu.

Bagi masyarakat bima, tradisi aturan pernikahan merupakan penentuan hidup pada masa depan putra – putri mereka. Keluarga, sanak saudara, karib kerabat, dan warga terlibat dalam upacara ini. Karena itu, upacara ini merupakan “ Rawi Rasa” ( upacara yang harus melibatkan seluruh warga kampung ).
Rangkaian pernikahan adat masyarakat bima cukup panjang yang dimulai dari proses meminang atau yang dikenal dengan “ La lose ro la ludi” hingga upacara Tawari atau Pamaco. Rangkaian upacara adat ini mengandung makna yang mendalam untuk diterapkan dalam kehidupan sehari – hari.
Seluruh rangkaian upacara itu, sesungguhnya sesuai dengan ajaran Agama Islam dan Norma – Norma yang berlaku di masyarakat.
                                        
2)    Prinsip Suku Bima

Karena banyaknya profesi sebagai nelayan dan petani maka suku bima mempunyai prinsip berladang dan bercocok tanam serta berburu.

3)    Upacara Adat Suku Bima

Kota Bima mempunyai letak yang strategis menjadikan daerah ini sebagai jalur perdagangan antar-daerah, bahkan menjadi transportasi perdagangan laut internasional. Mata pencaharian penduduknya cukup bervariasi seperti petani, pedagang, nelayan atau pegawai pemerintahan. Di daerah pesisir pantai, Apabila para nelayan menghasilkan hasil tangkapan ikan yang sangat banyak maka akan diadakan Pacu Kuda, 

4)    Ritual Suku Bima

Di kota bima / suku bima mempunyai kepercayaan Makakamba – Makakimbi, kepercayaan ini merupakan kepercayaan asli penduduk Dou Mbojo ( Orang Bima ). Sebagai media penghubung manusia dengan alam lain dalam kepercayaan ini, diangkatlah seorang pemimpin yang dikenal dengan nama Ncuhi Ro Naka. Mereka percaya bahwa ada kekuatan yang mengatur segala kehidupan di alam ini, yang kemudian mereka sebut sebagai “Marafu”. Sebagai penguasa alam, Marafu dipercaya menguasai dan menduduki semua tempat seperti gunung, pohon rindang, batu besar, mata air, tempat-tempat-tempat dan barang-barang yang dianggap gaib atau bahkan matahari. Karena itu, mereka sering meminta manfaat terhadap benda-benda atau tempat-tempat tersebut. Selain itu, mereka juga percaya bahwa arwah para leluhur yang telah meninggal terutama arwah orang-orang yang mereka hormati selama hidup seperti Ncuhi, masih memiliki peran dan menguasai kehidupan dan keseharian mereka. Mereka percaya, arwah-arwah tersebut tinggal bersama Marafu di tempat-tempat tertentu yang dianggap gaib.

Masyarakat asli juga memiliki tradisi melalui ritual untuk menghormati arwah leluhur, dengan mengadakan upacara pemujaan pada saat-saat tertentu. Upacara tersebut disertai persembahan sesajen dan korban hewan ternak yang dipimpin oleh Ncuhi. Tempat-tempat pemujaan tersebut biasa dikenal dengan nama “Parafu Ra Pamboro”.




5)    PAKAIAN ADAT KHAS SUKU BIMA

Pakaian adat khas suku bima terdiri dari 2 pakaian adat yang pertama pakaian adat khusus laki – laki, dan yang kedua pakaian adat khusus perempuan, seperti pada gambar di bawah ini :




Pakaian adat ini hanya ditutupi oleh sarung khas Bima yang dinamakan “ Tembe “ untuk laki – laki hanya dikenakan di bagian bawah dan untuk perempuan sarung dililitkan di atas kepala menyerupai jilbab dan dipakai juga sebagai bawahan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar